Revolusi Indonesia |
Apa kabar revolusi? Kudengar agung namamu dari balik tembok-tembok kaku pendidikan. Kata mereka, diusiamu yang belia (saja), tanah ini seumpama rumah para penyamun. Pikirku, ketika tiba hari ini - lima belas tahun itu adalah anugerah, menoreh saban hari dengan tinta merah sejarah. Tetapi semua jelas keliru. Itu hanya angan-angan mahasiswa tingkat akhir, komplikasi pemikiran dan stress atas selingkuhan baru bernama skripsi.
Kembali kepada sebuah nama – revolusi. Di usiamu yang sudah belia, para penyamun hidup bak raja. Lebih banyak diantara mereka menderita “amnesia” akut – lupa bahwa mereka adalah pelayan. Lebih buruknya lagi mereka lupa diri ; siapa mereka, dari mana mereka dan untuk siapa mereka ada? Mereka bangga menyebut diri anak cucu revolusi, tetapi menggantung cita-cita revolusi di bawah bibir - menjual janji palsu “untuk perubahan” demi kekuasaan semata.
Lima belas tahun sudah usiamu, revolusi. Itu seperempat jalan dari sebuah kisah bernama kehidupan. Tetapi kabar tentangmu hanya di ujung jari, sebuah isapan jempol semata. Mungkin sudah saatnya kamu kembali, bercermin pada jalan hari kemarin, sesekali belajar meramal tentang hari depan, agar esok cerah wajahmu tak legam pekat oleh kesalahanmu merias diri. Salam revolusi, satu perubahan dimulai dari sini, di hari ini.
* * * * * * * *
* * * * * * * *